Update Ekonomi 20 Mei 2024

Update Global
- Neraca perdagangan Malaysia pada April 2024 tetap surplus meskipun menurun menjadi MYR7,7 miliar dari MYR12,6 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Nilai tersebut meleset dari perkiraan pasar yaitu surplus MYR11,7 miliar. Hal ini menandai surplus perdagangan terkecil sejak November 2019, karena impor tumbuh 15,6 persen dari tahun sebelumnya menjadi MYR107 miliar, yang terutama didorong oleh peningkatan pembelian bahan baku/penolong (55,3 persen), barang modal (10,4 persen), dan barang konsumsi (9,1 persen). Sementara itu, ekspor tumbuh 9,1 persen (YoY) menjadi MYR114,7 miliar yang didorong oleh meningkatnya ekspor pertambangan (27,5 persen), terutama minyak mentah (64,8 persen), pupuk dan bahan mentah (44,1 persen) serta bijih metalliferous dan skrap logam (33,2 persen). (Trading Economics)
Update Geopolitik
- Kementerian Perdagangan Tiongkok akan melarang beberapa perusahaan Amerika Serikat (AS) dari kegiatan impor dan ekspor yang berkaitan dengan Tiongkok dan melarang untuk melakukan investasi baru. Kementerian Perdagangan Tiongkok memasukan General Atomics Aeronautical Systems dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan, dengan alasan bahwa perusahaan tersebut menjual senjata ke Taiwan. General Dynamics Land Systems juga termasuk dalam daftar tersebut. Berdasarkan media pemerintah, Boeing Defense, Space & Security juga masuk dalam daftar tersebut. Para eksekutif senior dari ketiga perusahaan tersebut dilarang memasuki Tiongkok, sementara izin kerja mereka akan dicabut beserta status pengunjung dan izin tempat tinggal mereka. Selain itu, permohonan yang mereka ajukan tidak akan disetujui. (Reuters)
Update Domestik
- Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I tahun 2024 tetap terjaga dan mencatat defisit USD6,0 miliar. Perkembangan ini dipengaruhi oleh defisit transaksi modal dan finansial disertai defisit transaksi berjalan yang tetap rendah, seiring meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Transaksi berjalan mencatat defisit USD2,2 miliar (0,6 persen dari PDB), lebih dalam dibandingkan dengan defisit pada triwulan IV tahun 2023. Perkembangan transaksi berjalan didorong oleh penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas, perbaikan kinerja neraca jasa, serta defisit yang lebih dalam pada neraca pendapatan primer. Sementara itu, transaksi modal dan finansial tetap solid meskipun mencatat defisit USD2,3 miliar, yang didorong oleh peningkatan surplus investasi langsung, defisit investasi portofolio, serta defisit pada investasi lainnya. (Bank Indonesia)