Nyoman Nuarta: Maestro di Balik Istana Garuda dan Mahakarya Monumental di IKN

_By Green Berryl_
Dalam waktu hanya setahun, maestro seni patung Indonesia I Nyoman Nuarta berhasil menyelesaikan sejumlah karya monumental di Ibu Kota Nusantara (IKN). Prestasi luar biasa ini menegaskan reputasinya sebagai seniman visioner yang mampu memadukan estetika, simbolisme, dan efisiensi dalam menciptakan karya-karya bersejarah. Istana Garuda yang menjadi ikon utama kompleks kepresidenan IKN, bersama dengan beberapa patung monumental lainnya, telah diselesaikan dengan kecepatan dan ketelitian yang mencengangkan, menunjukkan keahlian dan dedikasi tinggi dari sang maestro.
Perjalanan Karir I Nyoman Nuarta
Latar Belakang dan Pendidikan
I Nyoman Nuarta lahir pada 14 November 1951 di Tabanan, Bali. Beliau merupakan putra keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra. Jiwa seninya mulai tumbuh ketika diasuh oleh pamannya, Ketut Dharma Susila, yang merupakan guru seni rupa [1]. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Nyoman Nuarta melanjutkan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1972. Menariknya, beliau awalnya memilih jurusan seni lukis, namun setelah menjalani setahun perkuliahan, ia memutuskan pindah ke jurusan seni patung karena menganggapnya lebih unik dan dinamis[1][2].
Awal Karir dan Pencapaian
Pada tahun 1979, saat masih menjadi mahasiswa tahun ketujuh di ITB, Nyoman Nuarta mulai memperlihatkan prestasinya dengan memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia[1][2]. Pencapaian ini menjadi awal dari ketenaran Nyoman Nuarta di dunia seni patung Indonesia. Selama masa kuliahnya saja, beliau telah menghasilkan lebih dari seratus karya seni patung dengan menampilkan seni patung modern hingga gaya naturalistik[2][8].
Nyoman Nuarta juga termasuk salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru pada tahun 1976 dan aktif bergabung dalam komunitas dalam negeri serta organisasi internasional seperti International Sculpture Center Washington dan Royal British Sculpture Society[2]. Berkat kontribusinya yang luar biasa dalam bidang seni rupa, Nyoman Nuarta dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa pada tahun 2021, yang mengukuhkannya sebagai Tokoh Culturepreneur di bidang Ilmu Seni Rupa (Patung)[2].
Istana Garuda: Mahakarya Terbaru di IKN
Konsep dan Desain
Istana Garuda yang menjadi bagian dari kompleks Istana Kepresidenan di IKN merupakan karya arsitektur megah yang dirancang oleh Nyoman Nuarta dengan konsep “archsculpt” – perpaduan unik antara seni patung dan arsitektur[5]. Bentuk burung Garuda dengan sayap terbentang melambangkan kekuatan, persatuan, dan kedaulatan Indonesia. Istana ini tidak hanya berfungsi sebagai kantor presiden, tetapi juga dirancang sebagai ikon nasional yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila[5].
Material dan Proses Perubahan Warna
Istana Garuda dibangun dengan material seperti baja, tembaga, dan kuningan yang memiliki karakteristik khusus[5]. Material kuningan yang digunakan akan mengalami proses oksidasi alami yang mengubah warnanya menjadi hijau toska. Menariknya, berbeda dengan karya monumentalnya yang lain, Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang membutuhkan waktu 15 tahun untuk proses oksidasi, Nyoman Nuarta menyebutkan bahwa Istana Garuda IKN hanya akan membutuhkan waktu kurang dari setahun untuk berubah warna menjadi hijau[4].
“Kuningan akan mengoksidasi tergantung kelembaban. Kalau dia dibiarkan alam yang memprosesnya perlu waktu 15 tahun,” jelas Nyoman Nuarta. “Nah, ini campuran, tengahnya kita proses dengan patina, dengan chemical tertentu, asam, dia nanti keluar hijaunya lebih cepat, jadi mungkin nanti tidak sampai satu tahun,” tambahnya[4].
Sementara itu, bagian lain dari Istana Garuda yang terbuat dari baja tahan karat akan mengalami penggelapan dan perubahan warna dalam kurun waktu 2 hingga 3 tahun ke depan[4].
Kontroversi dan Tanggapan
Meski diakui sebagai mahakarya, Istana Garuda sempat menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Beberapa kritik muncul karena warna gelap bangunan saat ini dianggap tidak sesuai dengan desain awal yang berwarna hijau, bahkan ada yang menyebutnya mirip sarang kelelawar dan memberikan kesan mistis[4][8]. Namun, Nyoman Nuarta dengan santai menanggapi kritikan tersebut dengan menjelaskan proses alami perubahan warna material yang digunakan[4].
Karya Monumental Lainnya di IKN
Selain Istana Garuda, Nyoman Nuarta juga menyelesaikan beberapa karya monumental lainnya di IKN dalam waktu satu tahun yang sama, di antaranya:
Patung Sayap Pelindung
Salah satu karya Nyoman Nuarta di IKN adalah Patung Sayap Pelindung yang menambah keindahan dan nilai simbolis kawasan ibu kota baru tersebut[5].
Patung Proklamator di Taman Kusuma Bangsa
Nyoman Nuarta juga menciptakan patung dua tokoh proklamator, Soekarno dan Hatta, yang ditempatkan di Taman Kusuma Bangsa. Karya ini menjadi pengingat sejarah kemerdekaan Indonesia dan memberikan nilai edukasi bagi pengunjung IKN[5].
Patung Lepas Landas di Bandara VVIP IKN
Karya monumental lainnya adalah patung lepas landas (take off) yang ditempatkan di Bandara VVIP IKN, menggambarkan semangat pembangunan dan kemajuan Indonesia melalui ibu kota barunya[5].
Rencana Peresmian Istana Garuda
Berdasarkan informasi yang diperoleh, Istana Garuda dan bangunan pendukungnya termasuk dalam tujuh infrastruktur yang diusulkan oleh Menteri Pekerjaan Umum untuk diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Januari 2025[7]. Selain Istana Garuda, infrastruktur lain yang akan diresmikan meliputi dua ruas jalan tol IKN, Kantor Kementerian Sekretariat Negara, Kantor Kementerian Koordinator 1, 3, dan 4, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), serta Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sepaku[3][7].
Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, menyatakan bahwa peresmian dan groundbreaking di IKN akan disesuaikan dengan jadwal Presiden. “Saya kira (Presiden Prabowo hadir) karena kehadiran beliau pasti meningkatkan semangat para investor,” ujar Basuki[3][7].
Kontribusi dan Warisan Nyoman Nuarta
Keberhasilan Nyoman Nuarta dalam menyelesaikan serangkaian proyek monumental di IKN dalam waktu singkat menegaskan statusnya sebagai salah satu seniman patung terkemuka tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia. Karya-karyanya yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Tugu Proklamasi, patung Jalesveva Jayamahe di Surabaya, hingga Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali, telah menjadi ikon nasional yang dikenal luas[8][6].
Sebagai seniman yang dihargai tinggi, karya-karya Nyoman Nuarta dikenal memiliki nilai yang sangat tinggi, dengan rata-rata harga di atas Rp1 miliar[6]. Dedikasi dan keahliannya dalam menciptakan karya-karya monumental telah memberikan kontribusi besar bagi seni dan budaya Indonesia, sekaligus meninggalkan warisan berharga untuk generasi mendatang.
Kesimpulan
I Nyoman Nuarta telah membuktikan dirinya sebagai maestro seni patung Indonesia dengan menyelesaikan sejumlah mahakarya monumental di IKN dalam waktu hanya satu tahun. Istana Garuda, dengan konsep “archsculpt” yang inovatif dan simbolisme yang kaya, menjadi bukti nyata keahlian dan dedikasi Nyoman Nuarta dalam menciptakan karya seni yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga sarat dengan makna dan nilai budaya Indonesia.
Meski sempat menuai kontroversi, penjelasan Nyoman Nuarta tentang proses perubahan warna material yang digunakan telah memberikan pemahaman lebih baik kepada masyarakat tentang visi dan konsep desain Istana Garuda. Dengan diresmikannya Istana Garuda dan karya-karya monumental lainnya pada Januari 2025, IKN akan semakin menegaskan identitasnya sebagai ibu kota modern yang tetap menghargai nilai-nilai budaya dan sejarah Indonesia.