Laporan Ekonomi Harian, 24 Maret 2025

24 Maret 2025
Update Global
- PMI Manufaktur Jepang turun menjadi 48,3 pada Maret 2025 dari 49,0 pada bulan sebelumnya. Angka ini di bawah perkiraan pasar dengan peningkatan menjadi 49,2. Ini juga menunjukkan kontraksi aktivitas manufaktur Jepang dalam sembilan bulan berturut-turut. Perusahaan mencatatkan penurunan yang lebih tajam dalam produksi dan pesanan baru, meskipun penjualan luar negeri tumbuh setelah terkontraksi pada bulan sebelumnya. Akibatnya, perusahaan mengurangi aktivitas pembelian secara signifikan dan terus mengurangi inventori. Ketenagakerjaan mengalami peningkatan selama empat bulan berturut-turut. Di sisi biaya, inflasi harga input dan output mereda, meskipun masih relatif tinggi. Sementara itu, PMI Jasa Jepang turun ke 49,5 pada Maret 2025 dari 53,7 pada bulan sebelumnya. Ini menunjukkan kontraksi pertama dalam aktivitas jasa sejak Oktober 2024 dan penurunan paling tajam dalam sembilan bulan terakhir. Di sisi inflasi, tekanan biaya meningkat hingga pada level kenaikan tertinggi dalam 25 bulan terakhir. (Trading Economics)
- PMI Manufaktur India meningkat menjadi 57,6 pada Maret 2025
dari 56,3 pada bulan sebelumnya. Angka tersebut menandakan kondisi operasi yang lebih kuat, didorong oleh peningkatan penjualan yang lebih cepat dan peningkatan tajam dalam bisnis baru dari luar negeri di tengah pengumuman tarif AS. Demikian pula dengan output yang meningkat mencapai tingkat tertinggi sejak Juli 2024. (Trading Economics)
Update Geopolitik
- Perdana Menteri China bersiap menghadapi dampak kebijakan tarif Presiden AS yang memungkinkan untuk melampaui ekspektasi. Trump akan mengumumkan tarif lebih tinggi pada mitra dagangnya bulan depan. Perdana Menteri China menyampaikan bahwa negara-negara harus membuka pasar dalam menghadapi fragmentasi ekonomi yang semakin besar di tengah ketidakstabilan dan ketidakpastian sedang meningkat saat ini. Presiden Komite Nasional Hubungan AS-China menyampaikan pentingnya pertemuan antara Presiden AS dan Presiden China untuk meredam konflik peningkatan tarif impor serta pembatasan ekspor dan investasi utamanya antar kedua negara. Dalam beberapa hari mendatang, AS akan menyelesaikan peninjauan kepatuhan China terhadap kesepakatan perdagangan fase satu yang dicapai selama masa jabatan pertama Trump dan memberlakukan bea masuk timbal balik yang luas secara global. (Bloomberg)
Update Domestik
- Kinerja impor diperkirakan terus membaik seiring dengan pemulihan industri manufaktur dan investasi di dalam negeri. Meski demikian, kinerja impor yang membaik ini akan menghadapi tekanan pelemahan nilai tukar Rupiah. Seiring dengan harga komoditas dunia serta barang impor yang mengalami penurunan, dampak pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap kinerja impor yang meningkat dapat tertahan. Namun demikian, apabila pelemahan Rupiah terus berlanjut, maka akan ada potensi risiko pelemahan impor. Disisi lain, inflasi juga bisa meningkat akibat pelemahan nilai tukar Rupiah yang terus berlanjut. BPS melaporkan, kinerja impor pada Februari 2025 mencapai US$18,86 miliar, atau meningkat 5,18 persen (mtm), bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$17,94 miliar. (Kontan)