Laporan Ekonomi Harian, 10 Maret 2025

10 Maret 2025
Update Global
- Tingkat pengangguran Malaysia menurun menjadi 3,1 persen (mom) pada Januari 2025, dari 3,3 persen pada bulan yang sama tahun sebelumnya, tetap pada level terendah sejak Mei 2015. Jumlah pengangguran turun 5,9 persen (yoy) menjadi 533,8 ribu, sementara lapangan kerja meningkat 1,2 (persen) menjadi 16,68 juta. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja naik menjadi 70,6 persen (mom) pada Januari 2025, mempertahankan rekor tertinggi dari 70,2 persen pada bulan yang sama tahun sebelumnya. (Trading Economics)
Update Geopolitik
- Harga minyak dunia naik dibayangi perang dagang kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump kepada sejumlah negara. Namun, secara mingguan tercatat sebagai penurunan terbesar sejak Oktober 2024. Pasar, termasuk minyak, memang tengah bergejolak imbas kebijakan perdagangan yang tak pasti di AS, konsumen minyak terbesar di dunia. Pada Kamis (6/3), Trump menangguhkan tarif 25 persen yang telah dikenakannya pada sebagian besar barang dari Kanada dan Meksiko hingga 2 April, meskipun tarif baja dan aluminium masih akan berlaku pada 12 Maret sesuai jadwal. Tarif itu sendiri dianggap sebagai penghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. Namun, ketidakpastian atas kebijakan tersebut juga memperlambat keputusan bisnis, yang juga berdampak pada perekonomian global. (CNN)
Update Domestik
- Menteri Pertanian ungkap Food Estate bisa gagal jika pengelolaannya parsial. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan alasan utama kegagalan program lumbung pangan (food estate) di Indonesia. Menurutnya, pendekatan yang selama ini diterapkan tidak holistik. Hal ini dinilai menyebabkan proyek-proyek besar seperti program cetak sawah 1 juta hektare (ha) dan pengembangan lahan pertanian di Merauke tidak berjalan sesuai harapan. Amran menjelaskan salah satu kesalahan utama dalam implementasi food estate adalah sistem pengelolaannya yang parsial dan kurang melibatkan teknologi secara berkelanjutan. Ia menyoroti bagaimana lahan pertanian skala besar diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu, tetapi setelah itu ditinggalkan tanpa dukungan teknologi yang memadai. Amran menyebut Indonesia perlu melakukan transformasi dari sistem pertanian tradisional ke pertanian modern. Ia menilai optimalisasi lahan harus dilakukan dengan pendekatan berbasis teknologi, serta melibatkan generasi muda untuk mengelola pertanian secara lebih efisien. (CNN)